Translate

January 14, 2009

Roti & Segelas Susu


Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari pintu ke pintu, menemukan bahwa dikantongnya hanya tersisa beberapa pound uangnya, dan dia sangat lapar.

Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang wanita muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air.

Wanita muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar, oleh karena itu ia membawakan sebuah roti & segelas besar susu.

Anak lelaki itu memakan roti dan meminum susu itu dengan lambat, karena ia berpikir, berapa yang harus ia bayar untuk segelas besar susu dan roti ini?. Mungkin karena wanita tersebut melihat keheranan anak itu, maka ia pun berkata : "Kamu tidak perlu membayar apapun. Orang tua kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan" kata wanita itu menambahkan".

Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata dari dalam hatiku aku berterima kasih pada anda.

Tiga puluh tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter di kota itu sudah tidak sanggup menganganinya. Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut.

Dr. Hamdi dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si wanita tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata Dr. Hamdi. Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumah sakit, menuju kamar si wanita tersebut.

Dengan berpakaian jubah kedokteran ia menemui si wanita itu. Ia langsung mengenali wanita itu pada sekali pandang. Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa wanita itu. Mulai hari itu, Ia selalu memberikan perhatian khusus pada kasus wanita itu.

Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh kemenangan... Wanita itu sembuh !!. Dr. Hamdi meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya, dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannya ke kamar pasien.

Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut, ia sangat yakin bahwa ia tak akan mampu membayar tagihan tersebut walaupun harus diangsur seumur hidupnya. Akhirnya Ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut, dan ada sesuatu yang menarik perhatiannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi..Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu !! tertanda, Dr. Hamdi el Hilaly.

Air mata kebahagiaan membanjiri matanya. Ia berdoa Tuhan, terima kasih, bahwa cintamu telah memenuhi seluruh bumi melalui hati dan tangan manusia.

January 10, 2009

Salah kirim

Sepasang suami isteri setengah baya yang sama-sama dari kalangan profesional merasa penat dengan kesibukan di ibukota. Mereka memutuskan untuk berlibur di sharm syekh. Mereka akan menempati kembali kamar villa yang sama dengan ketika mereka berhoneymoon saat menikah 30 tahun yang lalu.

Karena kesibukannya, sang suami harus terbang lebih dahulu dan isterinya baru menyusul keesokan harinya.

Setelah check in villa di sharm syekh, sang suami mendapati pesawat komputer yang tersambung ke internet telah terpasang di kamarnya. Dengan gembira ia menulis e-mail mesra kepada isterinya di kantornya di Jalan Sibawaih al mashry, cairo.Celakanya, ia salah mengetik alamat e-mail isterinya dan tanpa menyadari kesalahannya ia tetap mengirimkan e-mail tersebut.

********************************

Di tempat lain tepatnya di daerah dokki, seorang wanita baru kembali dari pemakaman suaminya yang baru meninggal. Setiba di

rumah, ia langsung check e-mail untuk membaca ucapan-ucapan belasungkawa. Baru selesai membaca e-mail yang pertama, ia jatuh pingsan. Anak sulungnya yang terkejut kemudian membaca e-mail tersebut, yang bunyinya

To Isteriku tercinta
Subject Aku udah sampai!!!
Date 28 Juli 2008

Aku tahu pasti kamu kaget tapi seneng dapat kabar dariku. Ternyata disini mereka udah pasang internet juga, katanya biar bisa berkirim kabar buat orang-orang tercinta di rumah.

Aku baru sampai dan sudah check-in. Katanya mereka juga sudah mempersiapkan segalanya untuk kedatanganmu besok. Nggak sabar juga deh rasanya nunggu kamu. Semoga perjalanan kamu ke sini juga mengasyikkan seperti perjalananku kemaren.

Love,
Papah

Nb: Disini lagi panas-panasnya. Kalau pada mau, anak-anak diajak aja...

January 04, 2009

Gembel

Hampir jam dua ketika saya memacu roda dua.
Menembus pekatnya malam, di antara mendung menggantung dan lengangnya jalanan.

Tetapi di tugas yg tak membuat saya lelap,
sementara saya sakit-sakitan akhir-akhir ini lantaran tidur yang tak cukup porsi.
ya, saya harus segera pulang.

Dingin malam perih menghantam kulit.
Kota ini seperti mati suri.
Hanya satu dua orang bercumbu dengan angin malam di emperan.
Ada tukang bekiya bermain remi.

Saya undur gigi kemudian ketika melintasi dua sosok.
Seorang perempuan paruh baya tertatih memanggul karung,
ditemani anak kecil mengais sampah dari tong dan selokan.
Gerimis berubah menjadi curah, saya pun memutuskan parkir di tribun pinggiran trotoar.
Perhatian saya tertuju dua sosok itu dengan seksama.

ya Tuhan, ini jam dua malam!
Si tua sah-sah saja mencari nafkah, tapi anak itu layakkah berada di situ?
Dia sekitar tujuh tahun menurut taksiran,
seumuran ponakan saya yang mungkin saat ini sudah nyenyak memeluk boneka dibalik selimut hangat, dibuai mimpi cita-cita yang tinggi.

Ditingkah langkah-langkah lambat mereka mendekat.
Seingat saya di saku jeans ada lima pound kembalian bensin.
Uang sejumlah itu kadang saya remehkan, tak tersisa sekali jajan.
Saya menunggu si kecil bergerak ke samping tong sampah, lalu lembaran itu saya sodorkan.
Si kecil mengernyit, ragu-ragu dia merapat.
Saya membaca gelagat, wajarlah di situasi begini waspada pada orang jahat.
Lama jeda ketika saya yakinkan. Hingga sorot matanya berbinar kemudian.
“Makasih Om!” lirihnya.
Girang, itu sudah pasti dirasakannya. Tapi lebih bergemuruh bahagia di dada saya.

Ibu Muslimah di buku Laskar Pelangi berkata:
“Habiskan sisa hidupmu dengan banyak memberi, bukan banyak menerima.”
ya, kadangkala memang ada kenikmatan tak berperi dalam sebuah pemberian.

Allah ya Rabbi,
kiranya jadikanlah motivasi buat pembaca tulisan ini,
Andaipun riya tak terhindari, biarkan saya tanggung dosa sendiri.