Translate

February 27, 2010

DJvU

Beberapa bulan yang lalu, gadis itu memberi isyarat pada saya lewat beberapa Email dan ngobrol via YM.
Kurang lebih yang saya tangkap, dia sudah saatnya untuk menikah.

Mungkin karena keegoisanku membuat saya tak pernah menggubris isyaratnya,
Lalu semuanya berjalan horizontal, tak ada pencerahan.
Kabar terakhir, kemudian pamit, menerima lamaran seseorang yang diyakininya benar.
Hubungan jarak jauh itu pun kandas.
Tak ada lagi kata kita, hanya kau dan aku.

Dan semalam, insiden itu menjadi dejavu.
Dengan situasi dan kalimat-kalimat yang nyaris tak ada beda.
Saya tiba-tiba seperti bertelinga panjang, berubah menjadi keledai.
Karena hanya keledai yang jatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya.
dan kesalahan saya adalah tak juga bisa belajar dari kebodohan sistematis yang pertama.

Tapi mau berkata apa..
Nasi jadi bubur. Bubur hanya nikmat untuk orang-orang sakit.
Dan saya seperti pesakitan yang terpaksa mengunyah bubur tak enak.

Memang selalu ada kesempatan kedua, tapi sepertinya mustahil untuk peluang kesempatan ke tiga.
Walaupun kadangkala saya masih berharap ada keajaiban dari kesempatan ke tiga itu.

Teman mengirimkan pesan, kemudian:
“Ketika kau mencintai, jangan mengharapkan apapun sebagai imbalan, karena jika demikian, engkau bukan mencintai, melainkan….. INVESTASI .
dan Jika engkau mencintai, engkau harus siap untuk menerima penderitaan. Karena jika engkau mengharap kebahagiaan, engkau bukan mencintai, melainkan... MEMANFAATKAN 

Saya tersentak.
Saya rasa saya mencintainya. Bukan memanfaatkannya.
Pun saya mau menjalani, bukan berinvestasi.
Terserah itu dinilai bagaimana.
Karena saya juga amat tak setuju dengan para pecundang lemah yang berkata “Cinta tak selamanya harus saling memiliki”

Dia memang meninggalkan kaca yang pecah..
Tapi saya yakin, serpihan kaca itu masih bisa direkatkan.
Olehnya, ataupun bukan.

February 26, 2010

Gandi & Sepatu

Diceritakan bahwa suatu ketika Gandi sedang berjalan menuju tangga untuk naik kereta, tiba-tiba kereta yang ingin ditumpanginya sudah mulai jalan, Gandi berlari mengejar agar ketinggalan kereta. Disaat ia ingin naik ke kereta, salah satu dari sepasang sepatu yang ia gunakan jatuh, apa yang gandi lakukan??

Bukannya mengambil sepatu yang terjatuh, justru beliau melepaskan satu lagi sepatu yang masih melekat di kakinya lalu melemparkannya ke dekat sepatu yg terjatuh tadi. Salah seorang temannya yang sempat melihat kelakuan Gandi merasa heran lalu ia bertanya: Apa yang ada dipikiranmu hingga engkau melakukan hal itu? Kemudian Gandi menjawab dengan bijak : "Sungguh saya merasa senang jika nanti seorang fakir menemukan sepasang sepatu tersebut lalu ia menggunakannya, karena kalau yang ia dapati cuma salah satunya, maka hal itu tak berguna baginya.


Diantara pesan dari kisah gandi diatas :

1. Tidak menghabiskan energi hanya untuk mengucapkan kata-kata yang tak bijak.

Saya merasa heran melihat seorang muslimah keluar dari masjid, lalu ia tak mendapati sendalnya ketika ingin keluar. Sambil mondar-mandir mencari sendalnya, mungkin tanpa ia sadari ia telah menyumpahi orang yang mengambil sendalnya.
Melihat hal itu, saya mencoba untuk menyapanya, Assalamu alaikum, ada apa ya bu'?
Ada yang maling sendal saya. Jawabnya
"Ouh, hanya sepasang sendal toh". lalu sy melihatnya kaget mendengar komentar saya. Sebelum ia komentar balik, segera saja saya teruskan ucapanku itu, "Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah yang telah memberikan beraneka ragam nikmat kepada ibu, dan semoga Allah mengaruniakan rizki lebih untuk membeli sendal baru. Dan sebelumnya lagi, Segala puji bagi Allah yang telah memberikan ibu nikmat untuk mondar-mandir, niatkan mondar-mandir ibu tadi itu sebagai olahraga, Insya Allah berkah".

"Bagi sebagian orang, kehilangan sendal dianggap sebagai musibah. Namun alangkah baiknya jika diniatkan sebagai sedekah bagi yang mengambil sendal ibu". Lanjutku. Lalu mukanya yang tadinya sedikit tegang menjadi ramah.

2. Tidak bersedih dengan apa yang hilang darimu, karena tidak ada gunanya bersedih terhadap sesuatu yang telah hilang.

3. Merubah persepsi dari musibah menjadi karunia. Sekiranya kita menganggap jatuhnya sendal Gandi itu sebagai musibah, namun Gandi merubahnya persepsi itu menjadi karunia bagi orang lain.

Note : Sejatinya kebahagian itu ketika anda hidup untuk orang lain, kebaikan-kebaikan yang ada pada diri anda dirasakan oleh orang lain. Bukannya malah memeras orang-orang yang membutuhkan bantuan kita. Sungguh benar sabda Rasul Saw. : "Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain".

"Al Hikmah Dhalatul Mu'min" Hikmah adalah sesuatu yang sangat dicari-cari oleh orang mu'min, dimanapun engkau menemukannya maka ia lebih berhak untukmu.
Mahatma Gandi salah seorang tokoh besar dalam sejarah terkhusus di abad dua puluhan, kisah diatas saya temukan dari film dokumenter yang menceritakan tentang kehidupan serta perjuangan Mahatma Gandi.