Translate

May 29, 2008

BID’AH

Ada beberapa pendapat tentang Bid’ah,
Yang satu menganggap bahwa
“Semua yang baru adalah bid’ah dan semua bid’ah adalah sesat”

Sebagian yang lain menganggap bahwa agama dan teknologi itu pisah , kemudian mereka memahami bid’ah seperti ini
“Semua yang baru didalam masalah agama adalah bid’ah dan itu sesat, sedangkan sesuatu yang baru dalam masalah teknologi itu ndak masalah, sebab teknologi itu tidak termasuk ranah agama”.

Dan sebagian yang lain berpendapat bahwa seluruhnya itu tidak ada yang lepas dari masalah agama, baik itu masalah teknologi.
Mereka menganggap bahwa bid’ah ada 2 macam.
Yaitu bid’ah hasanah (sesuatu yang baru adanya tapi berdampak baik) & bid’ah dhalalah (sesuatu yang baru adanya tapi berdampak buruk).

Tidakkah jaman Nabi belum ada perintah untuk pembukuan Al-Qur’an
Dan baru ada perintah pencatatan saja
Bukankah jaman Nabi belum ada pembagian Fiqhi, Ushuluddin, Aqaid, tasawuf

Benarkah Fiqhi itu sesuatu yang baru (bid’ah)
Lalu apakah bid’ah hasanah ataukah dhalalah

Benarkah Ushuluddin itu istilah yang baru (bid’ah)
Lalu apakah bid’ah hasanah ataukah dhalalah

Benarkah Tasawuf itu istilah yang baru (bid’ah)
Lalu apakah bid’ah hasanah ataukah dhalalah

Ingatkah engkau ketika Nabi melarang pencatatan
Apalagi pembukuan hadits-hadits beliau
Bacalah sejarah-sejarah di jaman Nabi
Abu Bakarpun tak berani menuliskan hadits ataupun membukukannya
Umarpun tak berani menuliskan hadits maupun membukukannya
Usmanpun tak berani menuliskan hadits maupun membukukannya
Alipun tak berani menuliskan hadits maupun membukukannya

Lalu mengapakah sekarang kita tahu
banyak kitab-kitab hadits yang beredar
Bukankah itu bid’ah
Bukankah itu sesuatu yang baru
Bahkan melihat sejarah ,
Bukankah pembukuan hadits-hadits Nabi itu seolah menentang Nabi Muhammad yang melarang pembukuan hadits-hadits

Tetapi, apakah masuk pada bid’ah yang baik (hasanah)
Ataukah bid’ah dholalah
Kalau sesuatu yang sudah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya,
Wajib kita tidak menambahi ataupun menguranginya .

Kalau Al-Qur’an mengatakan “Qul Huwallahu Ahad”,
Mutlak tidak boleh ditambahi maupun dikurangi,
Jikalau ditambahi atau dikurangi,
Itu bid’ah dhalalah, itu bid’ah yang sesat.

Bukankah diajarkan oleh rasulullah untuk berijtihad

Tiap-tiap orang memiliki keyakinan sendiri-sendiri,
Meskipun Islam sebagai agamanya.

Bagaimana seandainya ditanya,
Apakah sabar itu
Bagaimanakah sabar itu
Cara supaya sabar itu bagaimana

Apakah dzikir itu
Bagaimanakah cara dzikir itu
Bagaimana cara supaya kita dzikir kepada Allah
Bukankah perintahnya adalah “Dzikran Katsiran”

Apakah engkau sudah tahu cara bersyahadat
Apakah cukup dibaca syahadat itu
Apakah iman itu
Apakah taqwa

Maka janganlah heran,
Jika banyak sekali pendapat-pendapat akan masalah itu

Maka cukuplah,
“Lana a’maluna wa lakum a’malukum”
“bagi kami apa yang kami lakukan dan bagi kamu apa yang kamu lakukan”.

Saling hormat menghormati diantara sesama pemeluk agama Islam.
Saling berhubungan dengan kasih sayang, silaturrahim.

Tanpa perlu menjelek-jelekkan pendapat lain,
Tanpa perlu menuduh sesat orang berbeda faham,
Tanpa perlu zindiq orang-orang yang berjalan menuju-Nya,
Dan tanpa perlu mengkafir-kafirkan saudara kita yang seagama.

“Qu anfusakum wa ahlikum naran”
“Selamatkanlah dirimu, keluargamu dari api neraka”.

Marilah fastabiqul khaerat !
Mari berlomba-lomba untuk kebaikan dan bukan saling menjatuhkan.

WALLAHU A’LAM BISH SHAWAB

May 07, 2008

Alzheimer

Hampir tiga hari saya tak mandi.
Hal yang sama sekali tak penting untuk dibahas, tapi setidaknya ini sudah lumayan mengkhawatirkan bagi saya. Mungkin tak lama lagi saya bakal mati duduk. Bukan syahid diantara dua sujud, tapi karena candu komputer keparat ini. Berhari-hari berkutat dengan monitor dan keyboard. Buku terjemahan saya sedikit lagi rampung. Satu atau dua hari lah.
Teman yang saya percayakan negoisasi dengan percetakan, sudah deal harga bagus. Jalan saya sepertinya mulus.

Tapi banyak hal yang harus dibarter untuk itu. Termasuk diri sendiri yang tak lagi terurus.
Alhamdulillah, belum sampai tahap amnesia untuk membedakan waktu azan zuhur dan ashar. Juga belum sampai terserang Alzheimer untuk urut-urutan rukun wudhu, walaupun saya sebenarnya mulai takut untuk hal yang satu itu, mengingat saya sering blank untuk urusan menghapal nomer telepon, ataupun kelimpungan mencari di mana tempat saya barusan meletakkan kunci rumah atau handphone.

Entah, sudah berapa hari saya tak frontal dengan cermin. Yang saya rasakan janggut mulai awut-awutan, ketombe berguguran. Tampaknya saya memang harus segera menikah, biar ada yang mengingatkan. Lagian saya juga mulai bisa melupakan bayang-bayangnya, saat terakhir melihatnya di Kick Andy, tempo hari.

Yap, ini momen yang tepat untuk menikah. Sebelum saya benar-benar terserang Alzheimer.
Tapi masalahnya…
calonnya siapa ya?
Oey, ada yang bisa bantu...??