Translate

January 04, 2009

Gembel

Hampir jam dua ketika saya memacu roda dua.
Menembus pekatnya malam, di antara mendung menggantung dan lengangnya jalanan.

Tetapi di tugas yg tak membuat saya lelap,
sementara saya sakit-sakitan akhir-akhir ini lantaran tidur yang tak cukup porsi.
ya, saya harus segera pulang.

Dingin malam perih menghantam kulit.
Kota ini seperti mati suri.
Hanya satu dua orang bercumbu dengan angin malam di emperan.
Ada tukang bekiya bermain remi.

Saya undur gigi kemudian ketika melintasi dua sosok.
Seorang perempuan paruh baya tertatih memanggul karung,
ditemani anak kecil mengais sampah dari tong dan selokan.
Gerimis berubah menjadi curah, saya pun memutuskan parkir di tribun pinggiran trotoar.
Perhatian saya tertuju dua sosok itu dengan seksama.

ya Tuhan, ini jam dua malam!
Si tua sah-sah saja mencari nafkah, tapi anak itu layakkah berada di situ?
Dia sekitar tujuh tahun menurut taksiran,
seumuran ponakan saya yang mungkin saat ini sudah nyenyak memeluk boneka dibalik selimut hangat, dibuai mimpi cita-cita yang tinggi.

Ditingkah langkah-langkah lambat mereka mendekat.
Seingat saya di saku jeans ada lima pound kembalian bensin.
Uang sejumlah itu kadang saya remehkan, tak tersisa sekali jajan.
Saya menunggu si kecil bergerak ke samping tong sampah, lalu lembaran itu saya sodorkan.
Si kecil mengernyit, ragu-ragu dia merapat.
Saya membaca gelagat, wajarlah di situasi begini waspada pada orang jahat.
Lama jeda ketika saya yakinkan. Hingga sorot matanya berbinar kemudian.
“Makasih Om!” lirihnya.
Girang, itu sudah pasti dirasakannya. Tapi lebih bergemuruh bahagia di dada saya.

Ibu Muslimah di buku Laskar Pelangi berkata:
“Habiskan sisa hidupmu dengan banyak memberi, bukan banyak menerima.”
ya, kadangkala memang ada kenikmatan tak berperi dalam sebuah pemberian.

Allah ya Rabbi,
kiranya jadikanlah motivasi buat pembaca tulisan ini,
Andaipun riya tak terhindari, biarkan saya tanggung dosa sendiri.

No comments: