Translate

February 27, 2010

DJvU

Beberapa bulan yang lalu, gadis itu memberi isyarat pada saya lewat beberapa Email dan ngobrol via YM.
Kurang lebih yang saya tangkap, dia sudah saatnya untuk menikah.

Mungkin karena keegoisanku membuat saya tak pernah menggubris isyaratnya,
Lalu semuanya berjalan horizontal, tak ada pencerahan.
Kabar terakhir, kemudian pamit, menerima lamaran seseorang yang diyakininya benar.
Hubungan jarak jauh itu pun kandas.
Tak ada lagi kata kita, hanya kau dan aku.

Dan semalam, insiden itu menjadi dejavu.
Dengan situasi dan kalimat-kalimat yang nyaris tak ada beda.
Saya tiba-tiba seperti bertelinga panjang, berubah menjadi keledai.
Karena hanya keledai yang jatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya.
dan kesalahan saya adalah tak juga bisa belajar dari kebodohan sistematis yang pertama.

Tapi mau berkata apa..
Nasi jadi bubur. Bubur hanya nikmat untuk orang-orang sakit.
Dan saya seperti pesakitan yang terpaksa mengunyah bubur tak enak.

Memang selalu ada kesempatan kedua, tapi sepertinya mustahil untuk peluang kesempatan ke tiga.
Walaupun kadangkala saya masih berharap ada keajaiban dari kesempatan ke tiga itu.

Teman mengirimkan pesan, kemudian:
“Ketika kau mencintai, jangan mengharapkan apapun sebagai imbalan, karena jika demikian, engkau bukan mencintai, melainkan….. INVESTASI .
dan Jika engkau mencintai, engkau harus siap untuk menerima penderitaan. Karena jika engkau mengharap kebahagiaan, engkau bukan mencintai, melainkan... MEMANFAATKAN 

Saya tersentak.
Saya rasa saya mencintainya. Bukan memanfaatkannya.
Pun saya mau menjalani, bukan berinvestasi.
Terserah itu dinilai bagaimana.
Karena saya juga amat tak setuju dengan para pecundang lemah yang berkata “Cinta tak selamanya harus saling memiliki”

Dia memang meninggalkan kaca yang pecah..
Tapi saya yakin, serpihan kaca itu masih bisa direkatkan.
Olehnya, ataupun bukan.

1 comment:

Unknown said...
This comment has been removed by the author.