Translate

August 20, 2008

Buah Kemerdekaan & Seupil Negeri Biadab

Hari ini 63 tahun lalu..
Bung Karno melafal sebuah manifesto di secarik kertas ukuran tak lebih setengah kwarto.
Maka luar biasa jadinya.
Merdekalah kita.
Pekiknya tak henti terngiang sampai detik ketika jari saya beradu huruf terakhir keyboard ini.

Dan..
hari ini setelah 63 tahun itu..
Saya sempatkan diri membaca berita.
Ada sementara orang yang sepertinya lebih layak membunuh waktu dengan berasyik-masyuk merawat partai barunya tuk pemilu mendatang,
merehabilitasi gerakan kiri yang seolah-olah terdzalimi.

Ada juga yang masih disibukkan mereka-reka kepahlawanan Tan Malaka.
Setelah sebelumnya sebagian orang membuang umur menyoal lagu tiga stanza.
Reparasi sejarah, katanya.

Padahal nun jauh di seberang sana
Sejarah buram tertoreh lebih kasat mata,
menggelitik syaraf nurani bagi siapapun yang masih peka.

Adegan bungee jumping yang hanya boleh ditonton pada layar tivi berlabel Dewasa, diperagakan dari lantai 17, durasi 30 menit.
Dia tertolong.
Terbata-bata dia bertutur kemudian dari bibir yang bengkak, ditingkah kerjap mata yang lebam.
Jujur sepertinya, walau sang majikan kukuh menampik tuduhan.

Parsiti, pahlawan yang belum merdeka itu bukan seorang diri yang berbuat demikian.
ada Ceriyati pendahulunya, dengan nasib serupa.

Wasit karate Indonesia Donald Pieter, ga luput dari kebinatangan mereka
Dan mungkin ada beratus -atau beribu- Parsiti, Ceriyati dan Donald kita yang lain, tak kalah nestapanya.

Seupil negeri biadab yang katanya serumpun kita itu,
membalas tuba setelah kita beri susu.
Sebagian dari susu gratis berupa Pulau Sipadan dan Ligitan.
Sepertinya itu tak cukup,
karena sewaktu-waktu mereka masih gemas
pada teritori negri maritim Indonesia
dan berbagai karya seni batik,
lagu rasa sayange dan keris melayu sumatera selatan.

Maka tak berlebihan jikalau Bung Karno pernah bertitah mengganyang malingsia sedemikian..

Maafkan,
saya tak maksud provokatif.
Anggap hanya emosi sesaat tapi proaktif.
Yang meledak di momen merdeka,
dan hal ini kebetulan saja.


Ah, ingin rasanya tanamkan benci pada semua tentang mereka dan negeri itu..
andai di sana tak ada anak gadis Anwar Ibrahim (saya sempat melihat di liputan6.com ketika sang ayah kena musibah ditahan kepolisian sana)

PPJNIA (Paguyuban Penunggu Janda Nurul Izzah Anwar)

No comments: