Translate

July 21, 2009

Karena Aku Mencintaimu, Tuan Presiden

Jangan sangsikan cintaku padamu Tuan Presiden. Pertama, karena engkau adalah sesamaku, wajib bagiku menyayangimu. Selebihnya, karena engkau adalah pemimpinku, sudah sepatutnya aku menghormatimu.

Bagiku Tuan, mencintai tak selamanya harus berlumuran sanjung puji. Ini tak baik buat kesehatan. Engkau bisa limbung karenanya, sedang yang memuji bisa jadi karena punya maksud tersembunyi.

Aku yakin Tuan sepakat denganku, cinta sejati bertunas dari nurani, yang kemudian akan melahirkan kejujuran. Karenanya, kritikan dan pujian adalah setara harganya. Keduanya saling melengkapi sebagai keindahan cinta itu sendiri.

Nah, Tuan…, tulisanku tempo hari yang berjudul “Kepana Kau, Tuan Presiden”, adalah bagian dari cintaku kepadamu. Cinta seorang rakyat kepada pemimpinnya. Seorang rakyat yang berharap besar agar pemimpinnya terhindar dari kesalahan dan tetap menjadi pelindung semua rakyatnya, termasuk rakyat yang menjadi “lawan” politikmu.

Soalnya adalah, kini dan lima tahun mendatang, engkau jualah yang bakal memimpin ini negeri. Dan lima tahun mendatang, pastilah pasti bebanmu kian bertambah oleh berbagai persoalan, mulai dari imbas perekonomian dunia yang kalang kabut, bumi yang kian gerah oleh pemanasan global, hingga bangkitnya kembali para durjana penebar bom.

Persoalan paling hangat yang sedang kita hadapi bersama kini adalah ulah para teroris. Tuan menjadi panglima kami untuk membasmi mereka tanpa sisa. Biarlah segala ihwal yang berurusan dengan keselamatan Tuan dan keluarga, menjadi tanggungjawab para petugas yang telah kami gaji dengan cukup.

Terimakasih kepada teman-teman yang telah menanggapi tulisan saya yang lalu. Hati boleh geram, tapi akal sehat tetap harus kita jaga. Saya mafhum, jika ada yang sangat mencintai Tuan Presiden kita tanpa reserve.

Seperti yang sudah saya kemukakan di atas, saya juga cinta kepada Tuan Presiden kita. Tapi seperti ditulis penyair Sapardi Joko Damono, cinta saya kepada Tuan Presiden cukuplah cinta yang bersahaja. Cinta saya yang menggebu hanya akan saya persembahkan kepada ibu dan Pemilik Kehidupan.

Akhirnya… dengan ikhlas saya mohon maaf jika tulisan saya tak berkenan di hati Anda. Atas tulisan saya, kepada yang setuju dan yang tak sepakat, sama-sama saya beri hormat. Salam.

No comments: